Selasa, 19 November 2013

SEPATU SEPTIAN, CERPEN MORAL


SEPATU SEPTIAN

Septian sedih melihat kondisi sepatunya yang sudah tidak layak pakai karena sudah dia pakai sejak duduk dibangku kelas 2 SD. Sekarang Septian duduk dibangku kelas 6 di sebuah Sekolah Dasar Negeri di daerahnya.  Dia seorang anak yang cerdas dan selalu mendapat peringkat 1 di kelasnya. Dia juga mempunyai banyak teman karena dia merupakan seorang anak yang mudah bergaul, namun Ibunya hanyalah seorang tukang nasi uduk dan Ayahnya sudah meninggal saat dia duduk dibangku kelas 1 SD.
“Bu sepatuku sudah rusak, belikan yang baru yah?” kata Septian,
“Iya nak nanti ibu belikan tapi tidak sekarang ya, ibu belum ada uang” jawab Ibunya. Septian hanya bisa menurut kepada Ibunya karena dia sadar Ibunya sudah berjuang untuk menghidupi dia seorang diri hanya dari hasil berjualan nasi uduk di depan rumahnya, jangankan untuk membeli sepatu baru, untuk makan sehari-hari saja sudah pas-pasan.
Septian masih memakai sepatu lamanya untuk pergi ke sekolah, sesampainya di sekolah ada saja siswa yang jahil mengolok-olok sepatunya yang rusak itu
“Hey Septian bagus sekali sepatumu, beli dimana? Hahaha” Yoyo dan teman-temannya menertawakan septian.
Septian hanya bisa tertunduk malu dan tidak membalas olokan Yoyo karena dia tahu tak ada gunanya membalas orang-orang yang menertawakannya itu.
Sesampainya dirumah dia menceritakan kejadian di sekolah tadi kepada Ibunya,
“Bu tadi ada yang menertawakan sepatuku yang sudah rusak ini di sekolah, aku malu” kata Septian,
“Sabar ya nak, tak usah malu karena sejelek apapun pakaian yang kita pakai tidak jadi masalah, yang penting tujuanmu ke sekolah adalah untuk mencari ilmu dan mendapatkan prestasi” jawab Ibunya.
“Benar juga kata Ibu, aku kan ke sekolah untuk mencari ilmu, mengapa aku harus malu” pikir Septian.
Setelah mendengar cerita anaknya yang di ejek itu Ibunya merasa sedih, dia berdo’a dan berusaha mencari uang untuk ditabung dan membelikan sepatu baru untuk anaknya.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah Septian bermain layang-layang dengan teman-temannya di lapangan dekat rumahnya, tetapi Septian tidak mempunyai layang-layang, dia pun pulang kerumah dan meminta uang kepada Ibunya
“Bu aku minta uang untuk membeli layang-layang?” kata Septian,
“Maaf nak ibu belum punya uang” jawab ibunya.
Mendengar hal itu Septian sedih dan kembali bermain layang-layang dengan teman-temannya, dia hanya duduk dan melihat teman-temannya asyik bermain
Hari berikutnya Septian ingin bermain kelereng dengan teman-temannya namun dia tidak mempunyai kelereng dan ingin membelinya, Septian bermaksud meminta uang ke Ibunya
“Bu aku ingin bermain kelereng, tapi aku tidak punya uang untuk membelinya” kata Septian,
“Maaf nak Ibu belum punya uang, lain kali saja ya” jawab Ibunya.
Untuk kesekian kalinya Septian meminta uang kepada Ibunya tetapi Ibunya lagi-lagi belum punya uang, Septian pun kesal
“Lagi-lagi belum punya uang, aku kan ingin bermain bu, lalu kapan Ibu punya uangnya?” Septian membentak Ibunya,
Ibunya pun hanya terdiam dan sedih mendengar kata-kata Septian. Lagi lagi Septian hanya bisa duduk dan melihat teman-temannya bermain.
Suatu ketika Septian melihat mading di sekolahnya yang berisikan lomba lari antar Sekolah Dasar se Kecamatan, juara 1 mendapatkan piala dan beasiswa selama 1 tahun, juara 2 mendapatkan piala dan sepatu sekolah, dan juara 3 mendapatkan piala dan tas sekolah, Septian pun sangat tertarik untuk mengikuti lomba tersebut dan dia berharap sekali mendapatkan juara 2 dalam lomba lari tersebut.
Sampailah pada hari yang ditunggu-tunggu oleh Septian yaitu lomba lari dan pada hari itu juga merupakan hari ulang tahunnya yang ke 12th. Septian mengikuti lomba lari tersebut tanpa sepengetahuan Ibunya. Lombapun dimulai, Septian berlari sekuat tenaga agar dia berhasil mendapatkan apa yang dia sangat inginkan yaitu sepatu sekolah. Sesampainya di garis finish ternyata Septian lah yang berhasil mendapatkan juara 1 nya, saat penyerahan piala bukannya merasa senang dan bangga tetapi malah kesedihan yang tergambar di raut wajah Septian, dia sangat menyesalkan mengapa dia tidak berhasil mendapatkan juara 2 dan sepatu yang dia incar. Dia pulang dengan membawa piala dan raut wajah yang sedih, Ibunya pun bertanya
“Kamu kenapa sedih Septian, ini kan hari ulang tahunmu?”,
“Sebenarnya tadi aku habis mengikuti lomba lari antar SD di kecamatan bu, dan aku mendapatkan juara 1” jawab Septian,
“Lalu kenapa kamu sedih? Kan kamu berhasil mendapatkan juara 1 itu prestasi yang bagus bukan?” kata Ibunya,
“Iya benar bu, tapi sebenarnya aku ingin mendapatkan juara 2 karena hadiahnya sepatu sekolah, mungkin karena aku tidak izin dan minta do’a kepada Ibu jadi aku tidak dapat apa yang aku inginkan” jawab Septian,
“Owh jadi begitu ceritanya, yasudah tidak apa-apa” kata Ibunya,
“Jadi Ibu tidak marah padaku? Aku kan sudah membentak Ibu” kata Septian,
“Tidak, Ibu sudah memaafkanmu nak, justru Ibu bangga padamu karena sudah mau berusaha“ kata Ibunya,
“Tapi tetap saja sekarang aku tidak punya sepatu, sepatuku makin rusak karena dipakai lomba lari tadi” kata Septian sedih
Septian tidak tahu kalau sebenarnya Ibunya telah menyiapkan sepatu sekolah baru untuknya sebagai hadiah di hari ulang tahunnya.
“Ini kan yang kamu inginkan?” kata Ibunya,
“Wah iya terimakasih Ibu, darimana Ibu mendapatkan sepatu ini?” Tanya Septian,
“Sebenarnya Ibu sudah menabung sejak kamu bilang sepatumu rusak, untuk itu Ibu tidak pernah memberimu uang untuk membeli mainan, karena Ibu tahu ini lebih penting daripada mainan-mainan yang kamu minta” jawab Ibunya,
“Terimakasih Ibu, maafkan aku sudah mengira yang tidak tidak kepada Ibu” kata Septian,
“Iya sama-sama nak” jawab Ibunya.


                                         ....TAMAT....



Kamis, 05 September 2013

DI ORDER YAH koleksi ALAMEGA CAKE^_^
menerima pesanan
TART PUTIH PINK Rp 60.000
TIRAMISU Rp 90.000

BLACKFOREST Rp 80.000

RAINBOW CAKE Rp 200.000